Rabu, 22 Juni 2016

Prinsip Mengenal Nasabah dan Anti Pencucian Uang

PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN
PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME (APU DAN PPT)
 
Sebagai salah satu upaya untuk mencegah masuknya uang hasil tindak kejahatan ke dalam industri perbankan, Bank Indonesia telah menerbitkan ketentuan terkait dengan pencucian uang sejak tahun 2001 mengenai Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer Principles). Selanjutnya ketentuan dimaksud disempurnakan pada tahun 2009 dengan mengadopsi rekomendasi dengan standar internasional yang lebih komprehensif untuk mencegah dan memberantas pencucian uang dan/atau pendanaan terorisme yang dikeluarkan oleh Financial Action Task Force (FATF), yang dikenal dengan Rekomendasi 40 + 9 FATF. Rekomendasi tersebut juga digunakan oleh masyarakat internasional dalam penilaian terhadap kepatuhan suatu negara terhadap pelaksanaan program APU dan PPT. Terdapat penyesuaian terminologi dari sebelumnya menggunakan terminologi “KYC” berubah menjadi terminologi “CDD/Customer Due Dilligence
Seiring dengan perkembangan produk, aktivitas dan teknologi informasi bank yang semakin kompleks dikhawatirkan dapat meningkatkan peluang bagi pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menggunakan produk/jasa bank dalam membantu tindak kejahatannya, Untuk itu, agar penggunaan bank sebagai sarana pencucian uang dan pendanaan terorisme dapat diminimalisir, diperlukan peranan bank yang lebih besar dari sebelumnya yaitu dengan menerapkan Program APU dan PPT yang optimal dan efektif. Penerapan program APU dan PPT oleh bank tidak saja penting untuk pemberantasan pencucian uang, melainkan juga untuk mendukung penerapan prudential banking yang dapat melindungi bank dari berbagai risiko yang mungkin timbul antara lain risiko hukum, risiko reputasi dan risiko operasional.
Selain itu, dalam rangka mewujudkan rezim APU dan PPT yang lebih optimal, Bank Indonesia senantiasa secara aktif dan berkesinambungan melakukan koordinasi dengan instansi terkait antara lain Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) dan universitas.


Sumber :  http://www.bi.go.id/id/perbankan/prinsip-mengenal-nasabah/Contents/Default.aspx

Selasa, 21 Juni 2016

Utang Luar Negeri Indonesia USD319,0 Miliar: Utang Jangka Panjang Naik, Utang Jangka Pendek Turun

Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada April 2016 tercatat sebesar USD319,0 miliar atau tumbuh 6,3% (yoy). Berdasarkan jangka waktu asal, ULN berjangka panjang meningkat, sementara ULN berjangka pendek masih mengalami penurunan. Berdasarkan kelompok peminjam, ULN sektor publik meningkat, sedangkan ULN sektor swasta masih mengalami penurunan. 

Berdasarkan jangka waktu asal, posisi ULN Indonesia didominasi oleh ULN jangka panjang. ULN berjangka panjang pada April 2016 mencapai USD279,3 miliar (87,6% dari total ULN) atau tumbuh 8,3% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan Maret 2016 yang sebesar 7,9% (yoy). Sementara itu, ULN berjangka pendek pada April 2016 tercatat sebesar USD39,7 miliar (12,4% dari total ULN) atau turun 5,5% (yoy), setelah pada Maret 2016 turun 8,4% (yoy). 

Berdasarkan kelompok peminjam, posisi ULN Indonesia didominasi oleh ULN sektor swasta. Pada akhir April 2016, posisi ULN sektor swasta tercatat sebesar USD165,2 miliar (51,8% dari total ULN), sedangkan posisi ULN sektor publik sebesar USD153,8 miliar (48,2% dari total ULN). ULN sektor swasta masih mengalami penurunan 1,1% (yoy) pada April 2016 setelah pada bulan sebelumnya turun 1,0% (yoy), sementara ULN sektor publik tumbuh 15,7% (yoy) atau meningkat dari bulan sebelumnya yang sebesar 14,0% (yoy). 

Pada sektor swasta, posisi ULN pada April 2016 terutama terkonsentrasi di sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta listrik, gas dan air bersih. Pangsa ULN keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 76,0%. Apabila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, pertumbuhan tahunan ULN sektor industri pengolahan dan sektor listrik, gas & air bersih tercatat mengalami peningkatan. Sementara itu, ULN sektor keuangan dan pertambangan masih menurun. 

Bank Indonesia memandang perkembangan ULN pada April 2016 masih cukup sehat, namun perlu terus diwaspadai risikonya terhadap perekonomian nasional. Ke depan, Bank Indonesia akan terus memantau perkembangan ULN, khususnya ULN sektor swasta. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keyakinan bahwa ULN dapat berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas makroekonomi. 

Data lengkap mengenai ULN Indonesia terkini dapat dilihat pada publikasi Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI) edisi Juni 2016 yang tersedia pada website Bank Indonesia

Sumber : http://www.bi.go.id/id/ruang-media/info-terbaru/Pages/Utang-Luar-Negeri-Indonesia-USD319-Miliar-Utang-Jangka-Panjang-Naik-Utang-Jangka-Pendek-Turun.aspx

Sabtu, 18 Juni 2016

Ini 4 Cara Khusus Pengelolaan Keuangan Selama Ramadhan



JAKARTA, KOMPAS.com - Ramadhan merupakan bulan suci yang dirayakan oleh seluruh umat Muslim di dunia. Indonesia yang merupakan negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia tentu tidak akan ketinggalan untuk memperingati bulan yang suci ini.
Nah, memasuki bulan Ramadhan, ada banyak pengeluaran khusus yang tentu perlu dilakukan oleh banyak orang yang merayakan Lebaran. Pola pengeluaran kita akan banyak berubah dibandingkan dengan pola pengeluaran di luar bulan Ramadhan.
Oleh karena itu, kamu memerlukan perencanaan keuangan khusus selama bulan Ramadhan agar kamu tetap bisa berhemat hingga akhir bulan ini.
Sebelum penasaran, simak 4 cara khusus pengelolaan keuangan di bulan Ramadhan berikut:

1. Bingkisan Lebaran
Untuk bingkisan Lebaran, cara paling umum untuk menghematnya adalah dengan membuat sendiri parcel tersebut. Harganya bisa jauh lebih murah daripada kamu membeli sendiri di pusat perbelanjaan atau supermarket.
Jika kamu memang tidak sempat membuatnya sendiri, belilah parcel Lebaran sebelum masuk musim Lebaran untuk mendapat harga diskon dan menghindari antrian sesak di pusat perbelanjaan.

2. Mencari pakaian baru
Baju baru seolah sudah menjadi suatu tradisi setiap musim Lebaran tiba. Sebenarnya, kamu bisa  menggunakan pakaian Lebaran lama yang jarang digunakan agar tetap terlihat fresh karena kebanyakan orang tidak akan menyadari kalau baju yang kamu kenakan sebenarnya baju lama yang jarang digunakan.
Jika kamu tetap ingin memaksakan membeli baju baru, belanjalah sebelum memasuki masa Lebaran untuk lebih hemat. Hal ini juga berlaku untuk perlengkapan ibadah ya.

3. Pengelolaan uang untuk zakat
Baik zakat Fitra maupun zakat Maal sebaiknya sudah mulai dialokasikan sebelum memasuki bulan puasa agar budget bulanan yang kamu siapkan sebelumnya tidak terganggu. Pisahkan pengeluaran zakat di rekening yang berbeda dari sehari-hari atau simpan secara tunai di rumah di tempat yang aman.
Kamu bisa menyalurkan ke badan amal zakat atau masjid segera saat memasuki bulan Ramadhan untuk mencegah kemungkinan terpakainya uang tersebut.

4. Persiapan untuk buka puasa
Selama bulan puasa, kemungkinan besar kamu akan sering mengikuti acara buka puasa bersama. Jika tidak dikelola dengan benar, maka buka puasa kamu bisa berujung menjadi pemborosan.
Salah satu cara hemat untuk buka puasa bersama yang hemat adalah dengan menggunakan sistem makan tengah. Misalnya pesanlah satu porsi ikan besar dan sayur-sayuran untuk dibagi bersama.

Sumber : Kompas.com (Minggu, 19 Juni 2016)